• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words.

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words.

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words.

Tuesday, 14 June 2016

Artikel Ilmiah_Pengaruh Cahaya dan Air pada Perkecambahan Kacang Hijau

PENGARUH AIR DAN CAHAYA MATAHARI PADA PERKEMBANAGAN PERKECAMBAHAN KACANG HIJAU


Di Susun Oleh:
Febriana Arumsari
NIM 150210103031

ABSTRAK
Air dan cahaya merupakan faktor terpenting dalam mendukung perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal pada perkecambahan. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air dan cahaya. Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Salah satu respon fisiologis tanaman terhadap kekurangan air adalah penurunan konsentrasi klorofil daun. Cahaya merupakan unsur terpenting dalam pembentukan klorofil. Pengaruh cahaya dan air dapat menghambat perkembangan perkecambahan. Kecambah merupakan tumbuhan yang masih kecil, belum muncul dari biji, dan masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat di dalam biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama dalam pertumbuhan kecambah adalah air. Tanpa adanya cahaya, pertumbuhan perkecambahan tetap bisa berlangsung. Dalam kapasitas tertentu, air dapat mengahmbat pertumbuhan perkecambahan.
Kata kunci: air, cahaya, pertumbuhan.
Pendahuluan
Setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan, begitu pula dengan tumbuhan. Perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan berbeda-beda hal ini dikarenakan dipengaruhi dengan beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yaitu air dan cahaya.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.    Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Air merupakan faktor utama dalam perkecambahan, karena air sangat memepengaruhi perkembangan biji saat proses perkecambahan. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel. Pengaruh cahaya pada proses perkecambahan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormon auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi. Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang.
Atas dasar penentuan latar belakang maka, dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut: Apakah banyak sedikitnya air dan cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan biji kacang hijau. Tujuan dari artikel ilmiah ini adalah, untuk mengetahui pengaruh air dan cahaya terhadap pertumbuhan biji kacang hijau.
Pembahasan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. (Susilo.1991:247). Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume. Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan, tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal. Faktor eksternal dipengaruhi oleh iklim, edafik (tanah), dan biologis. Iklim mencakup cahaya, air, temperatur, panjang hari, angina dan gas. Edafik (tanah) mencakup tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, pH, kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrisi.  Biologis mencakup gulma, serangga, organisme penyebab penyakit nematode, macam-macam tipe herbivora, dan mikroorganisme tanah, seperti bakteri pemfiksasi Nitrogen, dan bakteri denitrifikasi, serta mikorhiza. Faktor internal (genetik) terdiri dari ketahanan terhadap ekanan iklim, tanah dan biologis, laju fotosintetik, respirasi, pembagian hasil asimilasi dan N, kandungan pigmen, pengaruh langsung gen, dan diferensiasi. (Susilo, 1991: 249). Faktor-faktor diatas bias juga menjadi penghambat pada pertumbuhan tanaman, terutaman faktor eksternal khususnya pengaruh intensitas cahaya dan juga banyak sedikitnya air. Pada proses perkecambahan, air dan cahaya dapat menjadi faktor pengahambat pada proses perkecambahan.
Kecambah merupakan tumbuhan yang masih kecil, belum muncul dari biji, dan masih hidup dari persdiaan makanan yang terdapat di dalam biji. (Tjitrosoepomo,1985:251). Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi. Masa dormansi adalah berhentinya pertumbuhan pada tumbuhan dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan dengan masuknya air ke dalam biji suatu tumbuhan, yang disebut dengan proses imbibisi. Imbibisi terjadi karena penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan.
Perkecambahan dimulai dengan masuknya air kedalam biji dan berakhirnya masa dormansi pada biji atau ditandai dengan munculnya akar dan batang pertama kali. (Susilo,1991:291). Akar tumbuh pertama kali karena akar merupakan bagian tumbuhan yang mempunyai fungsi untuk menyerap air dan makanan yang terlarut didalam air, mengangkut air dan zat-zat makanan pada tubuh tumbuhan, dan memperkuat berdirinya tumbuhan. Akar tanaman merupakan organ yang paling penting di dalam mengambil air bagi keseluruhan tanaman. (Heddy.1987:118). Akar merupakan bagian utama dari tubuh tumbuhan, oleh karena itu pada proses perkecambahan yang muncul pertama kali adalah akar. Intensitas cahaya juga mempengaruhi panjang pendeknya akar pada perkecambahan. Pada sampel biji yang diletakkan di tempat terang, panjang akar lebih pendek dari pada pada sampel biji yang diletakkan di tempat dengan intensitas cahaya yang kurang. Bagian kedua yang muncul yaitu batang. Sampel biji yang diletakkan di tempat terang memilik batang yang lebih kuat dibandingkan dengan sampel biji yang diletakkan di tempat yang gelap yang memiliki bentuk batang kurang kokoh.
Pada proses perkecambahan, cahaya sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis. Jika suatu tanaman kekurangan cahaya, maka tumbuhan itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan. Kecambah kacang hijau yang mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis, sehingga proses fotosintesis dapat dilaksanakan dengan baik dan daun kacang hijau pun berwarna hijau segar, tetapi pertumbuhannya lambat dibandingkan dengan kecambahkacang hijau yang berada di tempat gelap. Sedangkan kecambah kacang hijau yang diletakkan di tempat gelap tanpa ada cahaya matahari memiliki warna pucat dan pertumbuhannya sangat cepat. Jadi, proses fotosintesis tidak dapat berlangsung, sehingga daun kecambah kacang hijau yang berada di tempat gelap berwarna kuning pucat. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormon auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi. Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang.
Air merupakan faktor terpenting. Air merupakan unsur pokok utama protoplasma, dan khususnya banyak terdapat dalam jaringan muda dan jaringan yang sedang tumbuh. (Tjitrosomo,1987:102-103). Fungsi air diantarnya, untuk fotosintesis, mengaktifkan reaksi enzimatik, menjaga kelembapan dan membantu perkecambahan biji. Fungsi lain dari air pada perkecamabahn yaitu untuk melunakkan kulit biji. Tanpa air, reaksi kimia dalam sel tidak dapat berlangsung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati. Kacang hijau yang direndam dengan air yang secukupnya, akan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan kacang hijau yang direndam dengan air yang sedikit sekali.
Proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan air, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Keadaan gelap berpengaruh terhadap bentuk luar tumbuhan dan laju perpanjangan. Pada tumbuhan yang tumbuh di dalam gelap batangnya tinggi dan kurus, daunnya tidak berkembang, baik batang maupun daun tidak mempunyai klorofil, berwarna kuning pucat. Pada tumbuhan yang diberi cahaya, maka laju pertumbuhannya berkurang. (Tjitrosomo,1987:165)
Pada sampel biji dengan media kapas dan air yang di letakkan di tempat yang cukup cahaya, pertumbuhannya lebih lambat daripada yang diletakkan di tempat gelap. Cahaya juga mempengaruhi bentuk fisiologi pada kecambah kacang hijau. Pada kecambah yang di letakkan di tempat gelap memiliki warna kuning pucat pada batang dan daunnya. Sedangkan pada kecambah biji kacang hijau yang di letakkan pada tempat terang memiliki warna hijau terang karena mengandung klorofil. Air pada proses perkecambahan sangat mempengaruhi pertumbuhan.
Salah satu respons fisiologis tanaman terhadap kekurangan air adalah penurunan konsentrasi klorofil daun yang dapat disebabkan oleh pembentukan klorofil dihambat, penurunan enzim rubisco, dan terhambatnya penyerapan unsur hara, terutama nitrogen dan magnesium yang berperan penting dalam sintesis klorofil. (Anonim.2012) Pada biji kacang hijau, dengan media kapas yang diberi air sedikit pertumbuhannya lambat untuk menjadi kecambah, tetapi kalau terlalu banyak air di dalam media kapas juga akan membusuk. Lamanya perendaman juga dapat menjadikan tumbuhan itu membusuk.
Penutup
A.    Kesimpulan
Pada perkecambahan biji kacang hijau, air dan cahaya mempengaruhi pertumbuhan serta fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Air, berfungsi untuk melunakkan kulit biji, melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi makanan terlarut, dan hormon ke daerah meristematik (titik tumbuh) serta bersama dengan hormon membangun pemanjangan dan pengembangan sel. Cahaya merupakan faktor pengendali pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terutama berperan dalam proses berlangsungnya fotosintesis.
Air dapat menjadi faktor penghambat perkecambahan. Kekurangan air dapat menyebabkan penurunan konsentrasi klorofil daun. Dalam perkecambahan, air juga dapat mengahmbat pertumbuhan perkecambahan. Apabila perkecambahan kadar air sangat tinggi, maka akan menjadikan kecambah tersebut membusuk.
Cahaya dalam proses perkecambahan dapat menjadi faktor pengahambat.  Pada kecambah yang kekurangan cahaya, maka akan tampak pucat dan warna kekuning-kuningan. Pertumbuhan kecambah yang di tempat gelap sangat cepat, dibandingkan kecambah yang di letakkan di tempat yang cukup cahaya.
B.     Saran
1.      Saat memberi media kapas sebagai pengganti media tanah, pastikan kapas pada saat itu tidak terlalu basah juga tidak terlalu kering. Karena jika kapas terlalu basah biji kacang hijau akan membusuk karena terlalu banyak air yang diserap dan jika kapas terlalu kering maka biji kacang hijau akan layu atau mungkin mati karena kekurangan air.
2.      Supaya pertumbuhan biji kacang hijau cepat saat perkecambahan usahakan perendaman biji lebih lama
3.      Selalu memantau pertumbuhan biji kacang hijau setiap harinya

DAFTAR PUSTAKA
Heddy, Suwasono. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta: CV Rajawali.
Susilo, Herawati. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakrta: Universitas Indonesia Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1984. Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.











Monday, 6 June 2016

LAPORAN BIOLOGI DASAR “GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA”







LAPORAN BIOLOGI DASAR
“GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA”



DISUSUN OLEH:
NAMA                   : FEBRIANA ARUMSARI
NIM                        : 150210103031
KELOMPOK         : 5
NO. HP                   : 085655632653


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015


I.                    JUDUL
Golongan Darah pada Manusia
II.                 TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan penggolongan darah manusia.
III.              DASAR TEORI
Darah adalah sejenis jaringan ikat khusus, dengan matriks cair yang disebut plasma, tempat sel-sel darah terendam. Sel-sel darah meliputisel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan trombosit atau keping-keping darah yang sebenarnya merupakan serpihan sitoplasma. (Bajpai.1989:51)
Plasma adalah cairan bagian dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% berat badan. Plasma merupakan media sirkulasi elemen darah (eritrosit, leukosit, trombosit) yang terbentuk; pengangkut zat anorganik dan organik dari satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain. (Gibson.2002:161)
Kandungan eritrosit adalah senyawa kimia yag terdiri dari suatu lipid dan kompleks protein koloid, terutama hemoglobin, yang tidak hanya menyebabkan warna eritrosit menjadi merah, tapi ikut menentuka  bentuk eritrosit. (Tambajong & Wonodirekso.1996:160)
Orang bergolongan darah A mempunyai antigen A, golongan B antigen B, golongan AB mempunyai keduanya, dan golongan O tidak mempunyai keduanya.(Ganong.1999:520)
Golongan darah rhesus, beberapa orang diketahui memiliki antigen khusus dan beberapa tidak memilikinya. Faktor Rh positif diwariskan secara dominan dan faktor Rh negatif secara resesif. Bila seseorang memilii Rh positif, baik satu atau kedua orangtuanya harus Rh positif. Bila serang Rh negatif, kedua orangtuanya harus Rh negatif. Terdapat beberapa faktor yang terlibat dan dari faktor-faktor tersebut, D adalah faktor yang terpenting. (Gibson.2002:157)
Untuk sistem rhesus, dijabarkan sebagai berikut: anti Rh0 (D) positif, dengan kontrol Rh negatif, tipe Rh adalah D+, untuk Rh0 (D) negatif, dengan kontrol Rh negatif, tipe Rh adalah D-(d), bila anti Rh0 (D) positif, kontrol Rh positif maka untuk menentukan tipe Rh harus diulang atau diperiksa dengan Rh0 (D) typing (saline tube test). (Suega,K. 2011:52)
Eritrosit, eritrosit sangat fleksibel, dan sifat ini memungkinkan eritrosit beradaptasi terhadap bentuk ireguler dan garis tengah kapiler yang kecil. Eritrosit yang baru dikeluarkan dari sumsum tulang ke dalam aliran darah mengandung ribosom RNA ( rRNA). (Junqueira & Carneiro.1991:257)
Leukosit, berperan dalm pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing.( Junqueira & Carneiro.1991:259)
Keping-keping darah (trombosit), jangka hidup 8 sampai 14 hari. Trombosit berwujud unsur-unsur kecil dengan pembungkus sel tebal, tanpa inti. Bagian luarnya, disebut hialomer, tampak bening atau pucat dan memiliki mikrotubul dan mikrofilamen dari protein trombostenin. Trombosit bertugas untuk kerja hemostatik (pencegah pendarahan), membekukan darah dan juga menempel pada permukaan yang rusak karena memiliki kemampuan melekat dan mengendap. (Bajpai.1989:56-57).
Dalam sistem MNS orang dibagi atas berbagai jenis : MS, MNS, NS, Ms, MNs, dan Ns. Disini juga hanya ada antigen pada eritrositnya, tetapi tidak ada aglutinin dalam plasma darahnya(Yatim. 1987 : 213).


IV.              METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Mikroskop
b.      Tusuk gigi
c.       Piset
d.      Pensil
e.       Lanset/jarum steril
f.        Gelas obyek


2.      Bahan
a.       Serum A dan B
b.      Alkohol 70%
c.       Kapas
d.      Darah segar
4.1   Cara Kerja
Membagi gelas obyek menjadi dua bagian
Mencuci tangan sampai bersih
Mengusapkan kapas tersebut pada jari manis
Meneteskan bagian darah pada bagian A dan B
Meneteskan dengan segera serum A pada bagian A gelas obyek dan mengaduk secara merata
Membandingkan ke dua bagian A dan B
Meletakkan setetes anti B pada darah di bagian  gelas obyek bagian B
Menutup bekas tusukan dengan kapas yang telah diberi alkohol
Menusuk ujung jari manis tersebut
Mengambil segumpal kapas dengan pinset dan mencelupkan kapas ke dalam alkohol
Menuliskan huruf A dan B pada masing-masing pojok gelas obyek
 





















V.                HASIL PENGAMATAN
Kelompok
Nama Probandus
Serum anti A
Serum anti B
Golongan darah
1.
Moh. Khoirul Anam
menggumpal

 



Tidak menggumpal






A
2.
Lidya Praktika Rosa
tidak menggumpal
Tidak menggumpal
O
3.
Akbar Syahputra
menggumpal
menggumpal
AB
4.
Yolanda Eka Pratiwi
tidak menggumpal
Tidak menggumpal
O
5.
Ari Dwi Setya Laksana
menggumpal
tidak menggumpal
A
6.
Ena Milada Tri Handayanai
Tidak menggumpal
menggumpal
B
7.
Farida Handayani
menggumpal
Tidak menggumpal
A


kelompok
probandus
Serum A
Serum B
Golongan darah
1.
Moh. Khoirul Anam
menggumpal
Tidak menggumpal
A
2.
Lidya Praktika Rosa
Tidak menggumpal
Tidak menggumpal
O
3.
Akbar Syahputra
menggumpal
menggumpal
AB
4.
Yolanda Eka Pratiwi
Tidak menggumpal
Tidak menggumpal
O
5.
Ari Dwi Setya Laksana
menggumpal
Tidak menggumpal
A
6.
Ena Milada Tri Handayani
Tidak menggumpal
menggumpal
B
7.
Farida Handayani
menggumpal
Tidak menggumpal
A

Golongan darah A, menggumpal ketika diberi serum anti A
Golongan darah B, menggumpal ketika diberi serum anti B
Golongan darah AB, menggumpal semua ketika diberi serum anti A dan anti B
Golongan darah O, tidak mengalami penggumpalan ketika diberi serum anti A dan anti B
VI.              PEMBAHASAN
Kita mengenal ada empat macam golongan darah yaitu, A, B, AB, dan O. Dalam sistem golongan darah terdapat dua macam zat  sel darah A dan B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B.
Golongan darah pada manusia diatur secara genetic dan merupakan alel ganda. Saat ini, ditemukan system golongan darah yaitu: golongan darah ABO, golongan darah rhesus, golongan darah MN.
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji golongan darah pada manusia dengan meneteskan atau menambahkan sedikit serum A dan serum B pada darah probandus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah yang dimiliki probandus sesuai dengan sistem ABO.
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya tertahan dan dibawa dalam matriks airan (plasma). Darah berfungsi sebagai alat transportasi zat-zat makanan dari sistem pencernaan keseluruh tubuh, menjaga agar suhu badan tetap, mempertahankan tubuh terhadap penyakit, mengangkut hormon, dan mengatur kesimbangan asam basa.
Dalam darah terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah adalah cairan yang berwarna kekuning-kuningan tersusun atas air, dan bahan terlarut yaitu protein, lemak, asam lemak, asam amino, dan lain sebagainya. Sedangkan sel-sel darah mengandung 3 komponen yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit (keping darah).
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, dalam keadaan normal jumlah eritrosit mencapai hampir separuh dari volume darah. Eritrosit banyak mengandung hemoglobin dan darah berwarna merah karena mengandung Fe. Hemoglobin berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.yang kedua yaitu leukosit, leukosit betanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.
Leukosit atau sering disebut dengan sel darah putih, bentuknya tidak tetap dan dibuat di sumsum tulang merah dan juga kelenjar limpa. Fungsi sel darah putih ini untuk memberantas kuman-kuman penyakit, sebagai anti body atau sistem imun dalam tubuh.
Trombosi,t merupakan partikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah dan sel darah putih. Trombosit diproduksi di sumsum merah dan berperan penting pada proses pembekuan darah.
Penggolongan darah dapat dilakukan dengan cara seperti praktikum yang dilakukan kali ini. Langakah yang dilakukan pertama-tama dalam praktikum ini adalah menyiapkan gelas objek yang fungsinya untuk tempat meneteskan darah segar manusia yang akan di uji golongan darahnya. Gelas objek di tarik garis menjadi dua bagian, lalu di beri pembeda dengan melekatkan kertas huruf A dan B pada ujung kaca benda tersebut. Kemudian tetesan darah yang sudah di teteskan pada kaca benda  satu bagian diberi serum A dan bagian lainnya diberi serum B. Pada bagian A darah ditetesi dengan serum A dan pada bagian B darah ditetesi serum B. Pada bagian A terjadi penggumpalan, sedangkan pada bagian B tidak, maka itu berarti darah nya  bergolongan darah A, darah golongan A mempunyai aglutinogen A dan karena itu mengalami aglutinasi dengan aglutinin anti-A, karena di dalam darah terdapat aglitinogen A dan aglutinin B sehingga akan mengalami aglutinasi (penggumpalan) apabila deberi serum A. Apabila yang menggumpal bagian B yang mengalami penggumpalan, sedangkan pada bagian A tidak, maka itu berarti darahnya bergolongan darah B, kaena darah golongan B mempunyai aglutinogen B dan mengalami aglutinasi (penggumpalan) dengan serum anti-B. Apabila dua-duanya mengalami penggumpalan berarti darahnya bergolongan AB. Dan apabila tidak mengalami penggumpalan dua-duanya berarti darahnya bergolongan O, sel darah merah golongan O tidak mempunyai aglutinogen, oleh karena itu, tidak bereaksi dengan serum anti-A atau serum anti-B.
Secara umum penggolongan darah dapat dilakukan dengan mengencerkan sel-sel darah dengan garam tertentu, lalu satu bagian ditetesi dengan aglutinin (anti A) dan yang lain dicampur dengan aglutinin (anti B). Setelah beberapa saat darah diamati apakah terjadi penggumpalan pada salah satu bagiannya. Setelah itu darah probandus termasuk kedalam golongan darah apa. Golongan darah A, jika memiliki aglutinogen A dan terjadi penggumpalan jika ditetesi dengan serum A. B, jika memiliki aglutinogen B dan terjadi penggumpalan jika ditetesi dengan serum B. AB, jika memiliki aglutinogen A dan B terjadi penggumpalan jika ditetesi serum A dan B ataupun serum B O, jika tidak memiliki aglutinogen A maupun B tidak terjadi penggumpalan saat ditetesi serum A maupun serum B.
Penggolongan darah pada manusia selain dengan sistem ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Sistem ini sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah MN. Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alel ganda, yaitu alel LM yang mengendalikan antigen M dan alel LN yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat dominansi antara alel LM dan alel LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.
Pada percobaan yang kami lakukan dalam menentukan golongan darah manusia, didapatkan empat hasil golongan darah. Yaitu glongan darah A, B, O, dan AB. Golongan darah A dimiliki oleh Moh. Khoirul Anam dari kelompok 1, Ari Dwi Setya Laksan dari kelompok 5, dan Farida Handayani dari kelompok 7. Golongan darah B dimiliki oleh Ena Milada Tri Handayani dari kelompok 6. Golongan darah O dimiliki oleh Lidya Praktika Rosa dari kelompok 2, dan Yolanda Eka Pratiwi dari kelompok 4. Dan yang terakhir golongan darah AB dimiliki oleh Akbar Syahputra dari kelompok 3.
Percobaan dari kelompok 1, 5, dan 7, probandus dengan golongan darah A, kami dapatkan bahwa ketika ditetesi dengan serum A dan diaduk, maka terjadi penggumpalan, sedangkan ketika ditetesi serum B tidak terjadi penggumpalan. Hal ini dikarenakan darah tersebut  memiliki aglutinin B (anti B) pada plasma darahnya. Sedangkan pada eritrositnya mengandung aglutinogen A. Penggumpalan yang terjadi ditandai dengan munculnya butiran butiran seperti pasir pada bagian darah yang ditetesi serum A. Penggumpalan ini disebabkan karena pada eritrosit mengandung aglutinogen A. Sehingga jika diberi antinya (anti A), maka akan terjadi proses aglutinasi. Pengamatan ini sama dengan dasar teori, apabila darah menggumpal saat ditetesi anti A, berarti darah tersebut bergolongan darah A.
Percobaan dari kelompok 6, probandus bergolongan darah B. Pada pengamatan yang dilakukan, darah probandus mengalami penggumpalan ketika ditetesi serum B. Sedangkan saat ditetesi dengan serum A, darah tidak mengalami penggumpalan. Hal ini dikarenakan pada plasma darahnya mengandung aglutinin A (anti A). Sedangkan pada eritrositnya mengandung aglutinogen B. jadi ketika darah ditetesi dengan anti B, maka akan terjadi reaksi aglutinasi antara eritrosit dan serum tersebut. Reaksi yang terjadi menyebabkan darah menggumpal. Penggumpalan ditandai dengan adanya butiran butiran seperti pasir yang ada pada darah yang ditetesi serum B. Hal ini sama dengan dasar teori, apabila ditetesi dengan anti B menggumpal maka darah tersebut bergolongan darah B.
Percobaan dari kelompok 2 dan 4, probandus bergolongan darah O. Pengamatan yang dilakukan, memberikan hasil bahwa ketika darah ditetesi dengan serum A dan B, darah tidak mengalami penggumpalan. Hal ini disebabkan karena plasma darah mereka mengandung aglutinin A (anti A) dan aglutinin B (anti B). Sedangkan pada eritrositnya tidak memiliki aglutinogen sama sekali. Sehingga ketika darah mereka ditetesi dengan serum anti A maupun anti B, eritrosit tidak bereaksi. Hal inilah yang menjadikan darah tidak menggumpal dan seseorang tersebut dikatakan bergolongan darah O. Yang artinya tidak memiliki aglutinogen sama sekali pada eritrositnya. Hal ini sam dengan kosep dasar teori, bahwa golongan darah O apabila ditetesi anti A maupun B tidak ada gumpalan.
Percobaan dari kelompok 3, probandus bergolongan darah AB.  Dalam satu kelas yang memiliki darah AB hanya 1 anak dari 36 anak. Hal ini dikarenakan langkanya seseorang yang bergolongan darah AB. Golongan darah AB ini langka karena pada plasma darah seseorang yang bergolongan darah AB tidak didapati adanya aglutinin A maupun B. Sedangkan pada eritrositnya mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B. Sehingga apabila darah seseorang tersebut ditetesi dengan serum anti A maupun anti B, akan terjadi reaksi antara eritrosit dan kedua serum tersebut. Reaksi terjadi mengakibatkan darah seseorang tersebut mengalami aglutinasi. Percobaan ini sama dengan dasar teori, yang mana darah di tetesi serum anti A maupun B menggumpal berarti darah tersebut bergolongan darah AB.
Dalam praktikum ini kami menggunakan alkohol 70%. Adapun fungsi dari alkohol itu sendiri yaitu: sebelum di tusuk jarum (lanset), digunakan untuk membunuh bakteri yang menempel pada jari telunjuk agar tidak terjadi pencampuran antara darah yang bersih dengan bakteri yang timbul. Sesudah di tusuk jarum (lanset), digunakan untuk memampatkan darah yang keluar atau mempercepat penutupan luka atau penyembuhan luka.
Penggolongan darah ini sebenarnya bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan kegiatan tranfusi darah, dan tidak membahayakan. Dengan adanya percobaan ini, kami mengetahui golongan darah apa yang akan menggumpal apabila dicampur dengan seru A atau serum B. Penggumpalan darah ini disebut dengan aglutinasi.
Aglutinogen yaitu protein dalam sel darah merah yang daat digumpalkan okeh aglutinin. Sedangkan aglutinin adalah zat yang digunakan untuk poses menggumpalkan aglutinogen.
Aglutinogen dibagi menjadi dua, yaitu aglutinogen A: memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka glikoproteinnya.
Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin α dan β .
Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.
Antigen tertentu dalam darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus (Rh). Antigen ini jugaditemukan dalamsel darah merah manusia, sehingga darah manusia di golongkanmenjadi 2 yaitu Rh+ dan Rh-. Adanya antigen Rh di dalamdarah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominanterhadap Irh.
VII.           PENUTUP
Kesimpulan:
Penggolongan darah dapat dilakukan dengan sistem Rhesus, MN, dan ABO, tetapi yang paling sering digunakan adalah sistem ABO.
Penggolongan darah dengan sistem ABO terdapat 4 macam,
-       Golongan darah A, jika dalam eritrositnya mengandung aglutinogen A dan aglutinin B dalam plasma darahnya.
-       Golongan darah B, jika beraglutinogen B dalam eritrosit dan aglutinin A dalam plasma darahnya.
-       Golongan darah AB jika mempunyai aglitinogen A dan B dan tidak mempunyai aglutinin dalam plasma darahnya
-       Golongan darah O jika dalam eritrositnya tidak mempunyai aglutinogen tetapi mempunyai aglutinin A dan B pada plasma darahnya.
Pada tranfusi darah, A hanya dapat menerima donor dari A dan O saja. B hanya dapat menerima donor dari B dan O saja. O hanya dapat menerima donor  dari O saja, tetapi dapat mendonorkan ke semua golongan darah yaitu A, B, O maupun AB. Sehingga disebut sebagai donor universal. AB hanya mendonorkan ke AB saja. Tetapi dapat menerima donor dari A, B, O, maupun AB sendiri. Sehingga disebut resipien universal.
Saran:
Diharapkan para praktikan tidak memakai secara bergantian lanset yang sudah digunakan. Dalam memakai serum A dan B, diharapkan para praktikan tidak menggunakan secara berlebih. Praktikan diharapkan membersihkan kembali alat-alat yang telah dipakai.




DAFTAR PUSTAKA
Bajpai, R.N.1989. Histologi Dasar Edisi 4. Jakarta:Binarupa Aksara.
Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Junqueira, Luis C & Carneiro Jose. 1991. Histologi Dasar Edisi 3. Jakarta: EGC.
Tambajong, Jan & Wonodirekso Sugito.1996.  Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suega K, Adnyana Losen IW. 2011. Perubahan Golongan Darah Pada Penderita Leukimia Mieloblastik Akut. SMF Ilmu Penyakit Dalam, FK Unud, RS Sanglah Denpasar. Denpasar.
Yatim, Wildan. 1987. Biologi. Bandung. Tarsito.
















Lampiran:
Kelompok 2
Kelompok 1
 

Kelompok 4
Kelompok 3
 

Kelompok 6
Kelompok 5
 

Kelompok 7