LAPORAN
BIOLOGI DASAR
“PENGUKURAN
SUHU PADA MANUSIA”
DISUSUN OLEH:
NAMA :
FEBRIANA ARUMSARI
NIM :
150210103031
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
I.
JUDUL
Pengukuran Suhu Manusia
II.
TUJUAN
Untuk Mengetahui Suhu
Badan Makhluk Hidup Homoithernal
III.
DASAR TEORI
Hewan homeotermal, hewan
yang suhu tubuhnya dipertahankan pada tingkat yang konstantanpa terganggu pada
suhu disekitarnya. Burung dan mamalia termasuk manusia tergolong kedalam
kategori ini. Mereka juga disebut sebgai makhluk yang berdarah panas. Hewan
poikilotermal, hewan yang suhu tubuhnya tidak konstan. Suhu tubuh hewan ini
bervariasi menurut suhu lingkungannya. Amfibi dan reptiltermasuk hewan
poikiotermal. Hewan-hewan ini dinamakan hewan berdarah dingin. (Hartono. 2013:
387)
Suhu tubuh konstan
penting untuk aktivitas enzimatik normal. Enzim sampai 37,80C (970-1000
Fahrenheit). Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain irama diurnal,
jenis kelamin, dan usia individu. Determinan suhu tubuh adalah keseimbangan
antara produksi panas dan penegluaran panas. Keseimbangan ini dipengaruhi oleh
mekanisme homeostatik. (Veldman.2003: 311).
Suhu tubuh yang
normal pada manusia adalah 37 c. (98,6
f) ketika diukur dengan meletakkan termometer klinik didalam mulut(oral) . suhu
ini bervariasi antara 35,80C, 37,30C (96,40F
dan 99,10F). (Hartono. 2013: 387)
Demam
adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal akibat stres fisiologis seperti
reaksi alergi, trauma jaringan, dehidrasi, lesi SSP, atau inveksi bakteri atau
virus. Demam termasuk pertahanan nonspesik terhadap infeksi. (Veldman.2003:
315).
Medulla
adrenal: dingin meningkatkan sekresi adrenalin, yang merangsang metabolisme dan
dengan demikian meningkatkan produksi panas.
Kelenjar
tiroid: dingin meningkatkan sekresi tiroksin, degan meningkatkan metaboisme dan
produksi panas. (Gibson,. 2002: 238- 239).
Termoregulasi
bergantung pada kemampuan hewan untuk mengontrol pertukaran panas dengan
lingkungannya. Salah satu adaptasi termoregulasi utama mamalia dan burung
adalah insulasi, yang mengurangi aliran panas antara hewan dan lingkungan.
Sumber-sumber insulasi mencakup rambut , bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk
oleh jaringan adipose. Sistem sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara
tubuh bagian interior dan ekseterior. (Campbell, 2008: 16-17).
Bila laju
pembentukan panas dalam tubuh lebih besar dari pada laju hilangnya panas,
timbul panas dalam tubuh dan temperatur dan temperatur tubuh meningkat.
Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan temperatur tubuh
menurun. (Guyton.1997:141).
Pembentukan panas
memiliki dua komponen: produksi panas
internal, yang mencakup panas dr metabolisme normal dan panas yang dikeluarkan
selama kontraksi otot, dan masukan panas eksternal dari lingkungan baik melalui
radiasi atau konduksi. (Oktavius. 2013:792).
Panas ditingkatkan dengan
dihasilkan dalam tubuh dan diambil dari lingkungan. Produksi panas dihasilkan
oleh semua aktivitas metabolik
tubuh. Menggigil adalah
jalan lain untuk menghasilkan panas. Panas dari lingkung, tubuh mengambil
panaas dari benda-benda yang lebih panas dar tubuh: radiasi langsung dari
matahari, makanan panas,minuman panas, mandi air panas, udara panas pada iklim
panas, tanah yang panas yang bersentuhan langsung dengan tubuh.
(Gibson.2002:236)
Hipertermia (panas
berlebihan) terjadi bila suhu udara lebih besar dari pada suhu kulit dan bila
terjadi kegagalan total mekanisme pengintrol panas. Hipotermia adalah penurunan
suhu yang berebihan. Terjadi bila seseorang terpajan pada suhu yang sangat
dingin, pakaian yang tidak adekuatatau menderita defisiensi sekresi hormon
tiroid. (Gibson.2001:240).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh adalah, kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf
simpatik, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, demam
(peradangan), status gizi, aktivitas, gangguang orgn dan lingkungan yang ada
pada sekitar lingkungan(Guyton. 1997 : 138).
IV.
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Termometer klinis
b.
Handuk atau lap bersih
2.
Bahan
a.
Kapas steril
b.
Alkohol 70%
c.
Air es
4.1 Cara kerja
a.
Pengukuran suhu dibawah
ketiak
Menyiapkan
alat dan bahan
|
Memasukkan
termometer di bawah ketiak yangsebelumnya telah dikeringkat dari keringat
dengan handuk/ lap bersih
|
Melihat
hasil yang tertera pada termometer, dan catat hasil pengamatan
|
Menunggu
selama 10 menit
|
Menyetel
termometer pada suhu normal kurang lebih 350C
|
b.
Masukkan
termometer kedalam mulut dibawah lidah
|
Menyetel
termometer pada suhu normal kurang lebih 350C
|
Menunggu
selama 10 menit
|
Melihat
hasil yang tertera pada termometer, dan catat hasil pengamatan
|
c. Pengukuran
suhu dengan menghirup udara
Tanpa
menurunkan air raksa pada termometer
|
Menunggu
pengukuran selama 5 menit dan 10 menit
|
Mencatat
hasil pembacaan suhu pada waktu 5 menit dan 10 menit
|
Memasukkan
termometer pada mulut dan bernafas melalui mulut
|
d. Pengukuran
pada mulut setelah berkumur dengan air es
Probandus
berkumur dengan air es
|
Memasukkan
termometer pada mulut sambil bernafas
mem
|
Mencatat
hasil pembacaan suhu pada waktu 5 menit dan 10 menit
|
Menunggu
selama 5 dan 10 menit
|
Tanpa
menurunkan air raksa pada termometer
|
V.
HASIL PENGAMATAN
Nama probandus
|
Jenis kelamin (P/L)
|
BB (kg)
|
TB (cm)
|
Usia (th)
|
oral
|
aksilar
|
||
awal
|
bernafas
|
es
|
||||||
Erna Kristiana Dewi
|
P
|
40,5 kg
|
163 cm
|
17 tahun
|
36,70C
|
36,30C
|
35,40C
|
35,80C
|
Muhammad Nailul Abror
|
L
|
47 kg
|
170 cm
|
19 tahun
|
37,10C
|
36,60C
|
34,10C
|
36,30C
|
Yahya Frans R.
|
L
|
51
kg
|
171 cm
|
18 tahun
|
36,20C
|
33,80C
|
32,80C
|
35,40C
|
Yolanda Leony A.
|
P
|
47,5 kg
|
155 cm
|
17 tahun
|
370C
|
36,30C
|
35,50C
|
35,90C
|
Deny Satrya N
|
L
|
52,2 kg
|
171 cm
|
18 tahun
|
37,50C
|
37,40C
|
36,30C
|
36,70C
|
Icananda Fransiska
|
P
|
85 kg
|
150 cm
|
19 tahun
|
370C
|
36,20C
|
35,20C
|
36,30C
|
Keterangan:
BB: Berat Badan
TB: Tinggi Badan
Gambar Hasil
Pengamatan
Kel.
|
Nama
Probandus
|
Oral
|
Aksilar
|
||
Awal
|
Es
|
Nafas
|
|||
1
|
Icananda Fransiska
|
|
|
|
|
2
|
M.
Nailul Abror
|
|
|
|
|
3
|
Yolanda
Leony
|
|
|
|
|
4
|
Yahya
Frans R.
|
|
|
|
|
5
|
Erna
Kristiana Dewi
|
|
|
|
|
6
|
Denny
Satrya
|
|
|
|
|
VI.
PEMBAHASAN
Ada berbagai macam makhluk hidup dalam
kehidupan didunia in seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Makhluk hidup juga
memerlukan adanya proses metabolisme untuk kehidupannya. Seperti contohnya
hewan dan manusia, dalam aktifitas hidupnya pasti memiliki suhu tubuh untuk
mengatur supaya dapat bertahan hidup. Pengaturan suhu tubuh makhluk hidup dibedakan
menurut mekanisme pengaturan suhu dalam tubuh makhluk itu sendiri, yaitu
makhluk homoiothermal dan makhluk polikilothermal.
Makhluk homoiterm, juga disebut dengan
makhluk berdarah panas hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh
hewan ini relatif konstan, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya.
Hal ini karena darah bersih dan darah kotor pada hewan ini sudah tidak
bercampur lagi karena katup pada jantungnya sudah sempurna. Hewan yang
tergolong homoiterm ini yaitu, Aves dan Mamalia.
Poikiloterm adalah sama dengan pengertian
hewan berdarah dingin. Arti kata poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya
kira-kira sama dengan suhu lingkungan di sekitarnya. Suhu tubuh hewan
poikiloterm dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat
bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya
karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya
sedikit. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan
ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu
tempat) bila suhu lingkungan rendah. Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak
dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari
hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor.
Ini disebabkan karena belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut.
Hewan yang tergolong poikiloterm antara lain : pisces, amphibi, reptilia.
Setelah mengetahui tentang beberapa
penjelasan mengenai makhluk yang tergolong homoiothermal dan polikilothermal dan
serta bagaimana mekanisme pengeturan suhunya. Setelah itu kita akan merujuk
pada penjelaskan mengenai tujuan diadakannya praktikum pada saat ini, yaitu
untuk mengetahui suhu badan makhluk hidup homoiothermal. Untuk mengetahuinya
kita akan melakukan percobaan dengan mengukur suhu tubuh probandus untuk
membuktikan kebenaran pengaturan suhu pada makhluk homoiothermal.
Pada percobaan kali ini mengenai pengukuran suhu manusia. Dalam pengukuran suhu badan, termometer dengen
berbagai perlakuan, diletakkan pada bagian
aksilar (ketiak) dan oral (mulut) karena pengukuran akan lebih praktis dan
estetis Dalam praktikum kali ini, berupa
pengamatan terhadap suhu tubuh makhluk homoitermal.
Percobaan ini
melibatkan probandus yang diwakili dari masing-masing kelompok. Pada percobaan
ini ada empat percobaan yang dilakukan diantaranya pengukuran suhu manusia
dengan meletakkan termometer ke mulut tepatnya di dalam mulut bagian bawah
lidah. Selanjutnya melakukan pecobaan seperti tadi tetapi sambil bernafas (
menghembuskan dan menghirup udara ).
Yang ketiga probandus berkumur dengan air es terlebih dahulu lalu
mengukur suhunya dengan termometer dengan cara memasukkannya ke dalam mulut
probandus. Yang keempat yaitu dengan meletakkan termometer pada ketiak
probandus lalu melihat suhunya saat menit ke 10. Percobaan kali ini dilakukan dengan menggunakan termometer klinis digital
dimana cara pembacaan skalanya hanya melihat angka digital pada layar
termometer.
Percobaan pertama, dengan probandus Erna
Kristiana Dewi, dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 40,5 kg, tinggi
badan 163 cm, dan berusia 17 tahun. Pada percobaan yang pertama yaitu mengukur suhu pada mulut
dilakukan pengukuran suhu dimulut dalam posisi ujung termometer di letakkan
dibawah lidah, dan menutup mulut. Dalam percobaan ini, pada pengamatan pertama
di dapatkan hasil bahwa suhu awal (diletakkan dibawah lidah) bersuhu 36,70C.
Pada percobaan kedua
mengukur suhu tubuh dengan meletakkan termometer dalam mulut dengan
menghembuskan udara dan menghirup udara, yang sebelumnya
temperatur pada termometer telah diatur dengan suhu normal, dari pengamatan ke
dua di peroleh hasil bahwa suhu ke dua ini bersuhu 36,30C. Pada
pengamatan ke tiga, dengan meletakkan termometer pada mulut, tetapi sebelumnya mulut berkumur
dengan air es selama 1 menit, tanpa mengubah temperatur
pada termometer. Diperoleh hasil pengamatan yaitu diperoleh suhu 35,40C.
Dan penamatan terakhir yaitu dengan perlakuan ujung termometer di selipkan di
ketiak, yang sebelumnya sudah di bersihkan dengan lap beris atau handuk. Dalam
penamatan ini diperoleh hasil suhunya yaitu 35,80C.
Percobaan kedua, dengan probandus
Muhammad Nailul Abror. Jenis kelamin laki-laki, berat badan 47 kg, tinggi badan
170 cm, dan berusia 19 tahun. Percobaan pertama dilakukan pengukuran suhu pada mulut,
dalam posisi ujung termometer di letakkan dibawah lidah, dan menutup mulut.
Dalam percobaan ini, pada pengamatan pertama di dapatkan hasil bahwa suhu awal
bersuhu 37,10C. Pada pengamatan ke dua, melakukan pengukuran dengan
bernafas, yang sebelumnya temperatur pada termometer telah diatur dengan suhu
normal, dari pengamatan ke dua di peroleh hasil bahwa suhu ke dua ini bersuhu
36,60C. Pada pengamatan ke tiga, dengan perlakuan berkumur selama 1
menit dengan air es, tanpa mengubah temperatur pada termometer. Diperoleh hasil
pengamatan yaitu diperoleh suhu 34,10C. Dan penamatan terakhir yaitu
dengan perlakuan ujung termometer di selipkan di ketiak, yang sebelumnya sudah
di bersihkan dengan lap beris atau handuk. Dalam penamatan ini diperoleh hasil
suhunya yaitu 36,30.
Percobaan ketiga, dengan probandus Yahya
Frans R., jenis kelamin laki-laki, berat badan 51 kg, tinggi badan 171 cm, dan
berumur 18 tahun. Pengamatan pertama dilakukan pengukuran suhu pada mulut, dalam
posisi ujung termometer di letakkan dibawah lidah, dan menutup mulut. Dalam
percobaan ini, pada pengamatan pertama di dapatkan hasil bahwa suhu awal
bersuhu 36,20C. Pada pengamatan ke dua, melakukan pengukuran dengan
bernafas, yang sebelumnya temperatur pada termometer telah diatur dengan suhu
normal, dari pengamatan ke dua di peroleh hasil bahwa suhu ke dua ini bersuhu 33,80C.
Pada pengamatan ke tiga, dengan perlakuan berkumur selama 1 menit dengan air
es, tanpa mengubah temperatur pada termometer. Diperoleh hasil pengamatan yaitu
diperoleh suhu 32,80C. Dan penamatan terakhir yaitu dengan perlakuan
ujung termometer di selipkan di ketiak, yang sebelumnya sudah di bersihkan
dengan lap beris atau handuk. Dalam penamatan ini diperoleh hasil suhunya yaitu
35,40C.
Percobaan keempat, dengan probandus
Yolanda Leony A., jenis kelamin perempuan, berat badan 47,5 kg, tinggi badan
155 cm, dan berumur 17 tahun. Pengamatan pertama dilakukan pengukuran suhu pada
mulut, dalam posisi ujung termometer di letakkan dibawah lidah, dan menutup
mulut. Dalam percobaan ini, pada pengamatan pertama di dapatkan hasil bahwa
suhu awal bersuhu 370C. Pada pengamatan ke dua, melakukan pengukuran
dengan bernafas, yang sebelumnya temperatur pada termometer telah diatur dengan
suhu normal, dari pengamatan ke dua di peroleh hasil bahwa suhu ke dua ini
bersuhu 36,30C. Pada pengamatan ke tiga, dengan perlakuan berkumur
selama 1 menit dengan air es, tanpa mengubah temperatur pada termometer.
Diperoleh hasil pengamatan yaitu diperoleh suhu 35,50C. Dan
penamatan terakhir yaitu dengan perlakuan ujung termometer di selipkan di
ketiak, yang sebelumnya sudah di bersihkan dengan lap beris atau handuk. Dalam
penamatan ini diperoleh hasil suhunya yaitu 35,90C.
Percobaan kelima, dengan probandus Deny
Satrya Nugraha, jenis kelamin laki-laki, berat badan 52,2 kg, tinggi badan 171
cm, dan berumur 18 tahun. Pengamatan pertama dilakukan pengukuran suhu pada mulut,
dalam posisi ujung termometer di letakkan dibawah lidah, dan menutup mulut.
Dalam percobaan ini, pada pengamatan pertama diperoleh hasil bahwa suhu awal
bersuhu 37,50C. Pada pengamatan ke dua, melakukan pengukuran dengan
bernafas, yang sebelumnya temperatur pada termometer telah diatur dengan suhu
normal, dari pengamatan ke dua di peroleh hasil bahwa suhu ke dua ini bersuhu 37,40C.
Pada pengamatan ke tiga, dengan perlakuan berkumur selama 1 menit dengan air
es, tanpa mengubah temperatur pada termometer. Diperoleh hasil pengamatan yaitu
diperoleh suhu 36,30C. Dan penamatan terakhir yaitu dengan perlakuan
ujung termometer di selipkan di ketiak, yang sebelumnya sudah di bersihkan
dengan lap beris atau handuk. Dalam penamatan ini diperoleh hasil suhunya yaitu
36,70C.
Percobaan keenam, dengan probandus
Icananda Fransiska, jenis kelamin perempuan, berat badan 85 kg, tinggi badan
150 cm, dan berumur 19 tahun. Pengamatan pertama dilakukan pengukuran suhu pada
mulut, dalam posisi ujung termometer di letakkan dibawah lidah, dan menutup
mulut. Dalam percobaan ini, pada pengamatan pertama diperoleh hasil bahwa suhu
awal bersuhu 370C. Pada pengamatan ke dua, melakukan pengukuran
dengan bernafas, yang sebelumnya temperatur pada termometer telah diatur dengan
suhu normal, dari pengamatan ke dua di peroleh hasil bahwa suhu ke dua ini
bersuhu 36,20C. Pada pengamatan ke tiga, dengan perlakuan berkumur
selama 1 menit dengan air es, tanpa mengubah temperatur pada termometer.
Diperoleh hasil pengamatan yaitu diperoleh suhu 35,20C. Dan pengamatan
terakhir yaitu dengan perlakuan ujung termometer di selipkan di ketiak, yang
sebelumnya sudah di bersihkan dengan lap beris atau handuk. Dalam penamatan ini
diperoleh hasil suhunya yaitu 36,30C.
Sesuai dengan literatur (dasar teori)
yang menyatakan bahwa suhu normal makhluk homoithermal adalah berkisar antara
36-37oC. Didalam percobaan terjadi kenaikan dan penurunan suhu. Hal
ini dapat menunjukkan bahwa penukuran suhu tubuh melalui mulut tidak
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, karena termometer diletakkan dibawah lidah
dan mulut tertutup rapat. Dan pada saat perlakuan dengan menghirup udara, juga
terpengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar, juga dengan perlakuan dengan meminum
air es selama 1 menit juga mempengaruhi temperatur atau suhu yang diperoleh.
Pada perlakuan di ketiak ini hampir sama menunjukkan suhu normal makhluk
homoioterm. Dalam pengukuran dengan perlakuan diselipkan di ketiak tidak
dipengaruhioleh suhu lingkungan sekitar, karena letaknya yang efektif,
perlakuan inilah yang paling efektif dilakukan untuk mengukur suhu atau
temeperatur badan.
Pada percoaan yang pertama, yang dibahas yaitu saat dilakukannya pengukuran suhu dimulut dalam posisi diam atau tidak
bernafas. Rata-rata 36,9 oC Sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa suhu normal makhluk homoithermal adalah
berkisar antara 36-37oC.
Pada percobaan yang
kedua, yaitu dilakukannya pengukuran suhu melalui mulut
dengan perlakuan mulut bernafas saat pengukuran. Pada percobaan ini, didapat
suhu rata-rata yang diperoleh yaitu 36,1ºC. Data yang diperoleh
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa satu tubuh dengan perlakuan
bernafas melalui mulut menunjukkan bahwa suhu pada mulut terbuka lebih rendah
dari suhu dengan mulut tertutup karena panas dalam tubuh dikeluarkan dengan
proses respirasi sehingga suhu tubuh menurun.
Pada percobaan yang ketiga yaitu mengenai pengukuran yang dilakukan dimulut dengan perlakuan. Dalam hal ini,
probandus akan berkumur dengan air es. Sebelum melakukan percobaan probandus
berkumur terlebih dahulu dengan air es. Setelah berkumur didapatkan suhu
rata-rata adalah 34,8ºC. Hal ini dapat dilihat atau terjadi karena tubuh
telah melakukan adaptasi sehingga suhu tubuh kembali naik.
Percobaan yang ke 4 atau yang terakhir yaitu pengukuran suhu melalui ketiak. Rata-rata suhu yang didapat
adalah 36.067ºC. Sesuai dengan literatur (dasar teori) yang
menyatakan bahwa suhu normal makhluk homoithermal adalah berkisar antara 36-37oC,
sehingga pengukuran paling efektif dilakukan di aksilar (ketiak), karena uhunya
mendekati dengan suhu tubuh. Perbedaan data suhu
oral (mulut) dengan suhu aksilar (ketiak) ini dikarenakan pada pengukuran suhu
aksilar termometer diletakkan atau diselipkan pada ketiak dan didalam baju, sehingga tidak terjadi
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan dalam percobaan kali ini yang disajikan pula dalam tabel data kelas,
didapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh yaitu : 1) Lingkungan,
suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan suhu tubuh meningkat dan sebaliknya.
2) Usia, pada anak-anak
relatif tinggi daripada suhu orang dewasa. 3) Jenis kelamin, suhu tubuh pria lebih tinggi dibandingkan wanita karena
perbedaan kegiatan metabolik dan hormon yang diproduksi. 4) Aktivitas fisik,
setelah aktivitas fisik suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja otot rangka.
Hal yang berpengaruh terhadap peningkatan
suhu tubuh manusia adalah berat badan atau status gizi. Tetapi dari hasil data
pengamatan rata-rata suhunya sama, dan hasil yang diperoleh juga naik turun dengan
yang memiliki berat badan lebih besar dengan yang lebih kecil. Padahal
seharusnya tubuh probandus yang berat badannya kecil, suhunya akan kecil pula
karena sedikit mengandung lemak.
Hormon
pertumbuhan atau tinggi badan juga berpengaruh pada suhu tubuh. Hormon pertumbuhan
dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme yang akhirnya meningkatkan
produksi panas tubuh. Dari data yang diperoleh, terlihat dari probandus yang
tinggi badannya lebih tinggi memiliki suhu tubuh yang tinggi pula.
Usia atau umur
juga mempengaruhi suhu tubuh. Pada makhluk hidup yang berusia muda metabolisme
cenderung cepat dari pada yang berusia tua, sehingga suhu tubuh individu yang
masih muda akan cenderung lebih tinggi dari yang tua. Namun hanya sedikit
mempengaruhi metabolisme tubuh. Dari data yang diperoleh umur 17-19 tahun
rata-rata suhunya hampir sama.
Hipotalamus atau hypothalamus adalah
pusat pengendali fungsi tubuh dan sistem syaraf untuk menjaga agar kondisi
tubuh kita selalu konstan dan stabil. Hipotalamus merupakan bagian kecil dalam
otak tetapi mempunyai peranan yang sangat penting. Hipotalamus terletak tepat
di bawah thalamus dan diatas kelenjar hipofisi (pituitari). Dalam kepala,
hipotalamus memiliki ukuran yang sangat kecil, kurang lebih sebesar almond
dengan berat sekitar 1% dari berat otak. Namun meski berukuran kecil, tetapi
hipotalamus mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga agar kita selalu
dapat menjalani hidup ini secara berkualitas. Terdapat dua macam hipotalamus,
yaitu hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipostalamus anterior
merupakan pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu diluar tubuh lebih tinggi
maka pengeluaran ditingkatkan dengan cara vasodilatasi (melebarakan), evaporasi
(berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/kompres), aliran
(dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Pengaturan suhu tubuh terjadi
secra terpadu di hipotalamus berdasarkan sinyal yang diterima dari kulit dan
suhu inti tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan
produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu luar rendah
pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan
mekanisme kontraksi otot atauu menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi
dengan vasokonstriksi (memperkecil)
pembuluh darah kulit dan perangsangan produksi keringat. Pengaturan suhu tubuh
terjadi secra terpadu di hipotalamus berdasarkan sinyal yang diterima dari
kulit dan suhu inti tubuh.
Dalam metabolisme pengaturan suhu,
terdapat adanya produksi panas dan pembuangan panas. Untuk produksi panas
tergantung dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia eksotermal,
misalnya kerja otot, menggigil dan lain-lain. Bila pengeluaran panas melebihi
pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut
dengan cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi (bergerak)
guna menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan
mekanisme dari menggigil. Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan
pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan dan kaki kita
bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat.
Karena dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas.
Untuk
pembuangan panas terdapat 4 cara. Yang pertama yaitu dengan cara konduksi,
konduksi adalah perpindahan panas aibat paparan langsung kulit dengan
benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Yang kedua yaitu radiasi, radiasi adalah mekanisme
kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Tubuh manusia
memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan
mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit. Untuk yang ketiga yaitu
konveksi, konveksi merupakan mekanisme perpindahan panas melalui aliran udara
atau air. Dan yang terakhir yaitu penguapan atau evaporasi. Evaporasi dapat
memfasilitasi perpindahan panas tubuh, setiap satu gram air yang mengalami
evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori.
Dalam metabolisme suhu badan, terdapat
adanya penyakit infeksi penyebab suhu badan. Demam adalah peningkatan titik
patokan (set-point) suhu di hipotalamus. Dengan meningkatkan titik patokan
tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk mningkatkan suhu tubuh. Tubuh
berespons dengan cara menggigil dan meningkatkan metabolisme basal. Demam
adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas 37,50C. Infeksi ringan hingga parah bisa menyebabkan demam. Demam
merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi akibat
virus, bakteri atau parasit. Seseorang memiliki suhu tinggi berkepanjangan
dapat menyebabkan sawan. Demam yang melebihi 3 hari biasanya merupakan malaria,
atau penyakit lain yang disebabkan oleh nyamuk.
VII.
PENUTUP
Kesimpulan:
Manusia termasuk mahluk
homoiothermal, dikarenakan suhu badan manusia tidak atau sedikit sekali
dipengaruhi oleh temperatur sekitar.
Temperatur tubuh
manusia normalnya sekitar 36-370C. Suhu tubuh
seseorang yang berbicara dan yang hanya diam menutup mulut mengalami perbedaan
yaitu lebih panas atau lebih tinggi orang yang hanya diam karena temperatur
yang ada di dalam mulutnya tidak berhubungan dengan udara luar sehingga tidak
dipengaruhi oleh lingkungannya. Suhu tubuh orang yang setelah berkumur dengan
air es lebih rendah daripada yang biasa karena air es yang suhunya dingin
mempengaruhi suhu panas yang ada dalam mulut sehingga suhu yang ada dalam mulut
ikut menurun. Seorang laki-laki memiliki suhu yang lebih tinggi dari wanita .
hal tersebut berhubungan dengan hormon kelamin yang ada di dalamnya.
Pengukuran suhu tubuh
yang paling efektif dan estetis sebaiknya dilakukan pada bagian oral (mulut)
atau aksilar (ketiak).
Saran:
- Diharapkan praktikan menggunakan secara hati-hati termometer klinis yang
dipakai untuk mengatur suhu.
- Diharapkan
praktikan juga teliti membaca angka yang tertera pada termometer klinis saat
melakukan praktikum.
- Dapat membuat laporan laboratorium ini sebagai
sarana untuk mendorong praktikan untuk berpikir aktif dan kreatif dalam
kegiatan praktikum.
DASAR TEORI
Campbell, Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Gibson, John.
2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk
Perawat Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hartono, Andy.
2013. Buku ajar fisiologi kedokteran
edisi ke lima jilid 1. Pamulang-tangerang: Binarupa Aksara.
Octavius . 2013. Fisiologi Manusia Sebuah Pendekatan
Terintegrasi Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Vieldman,James. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.
Guyton & Hall.
1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Lampiran:
Gambar Hasil
Pengamatan
Kel.
|
Nama
Probandus
|
Oral
|
Aksilar
|
||
Awal
|
Es
|
Nafas
|
|||
1
|
Icananda Fransiska
|
|
|
|
|
2
|
M.
Nailul Abror
|
|
|
|
|
3
|
Yolanda
Leony
|
|
|
|
|
4
|
Yahya
Frans R.
|
|
|
|
|
5
|
Erna
Kristiana Dewi
|
|
|
|
|
6
|
Denny
Satrya
|
|
|
|
|
SEMOGA BERMANFAAT :)
0 comments:
Post a Comment